Monday, April 25, 2011

Tersesat Di Jalan Yang Benar


Suatu hari ibu dari adik tingkat saya meninggal dunia. Maka kami pagi itu berangkat ke Bogor untuk bertakziyah. Kami membawa mobil salah satu anak Himpunan dan bertindak sebagai sopir adalah sang ketua Himpunan yang kebetulan adalah teman 1 kosan saya. Saya duduk disamping sopir.
Saya ditunjuk sebagai penunjuk Jalan karena saya satu-satunya yang pernah ke rumah korban (eh yang berduka maksudnya) pada tahun sebelumnya saat survey lokasi untuk Camp Pengkaderan Himpunan di Gunung Bunder. Maka dengan Pedenya sekeluar pintu tol Bogor saya menunjuk untuk lurus, belok, muter dan sebagainya. Lama-lama saya mulai ga PeDe dan merasa kami telah salah arah. Saya tetep bersikap cool agar semua tidak menggerutu atau panik. Namun kebohongan tidak bisa disimpan lama-lama. Khawatir semakin parah sayapun berterus terang mulai ragu dengan jalan yang sedang kami tempuh. :).. Seperti bisa diduga semuanya spontan "huuuuuuu gimana c guide kita nih" tentu saja dalam suasana canda. Namun sedikit banyak mungkin kesel juga mereka. 
Akhirnya kami putuskan menepi dan bertanya ke seorang tukang tambal ban. Kami jelaskan alamat tujuan kami dan tukang ban tersebut berdiri memberi arahan dengan jari telunjuknya agar kami lurus dan belok kanan begitu menemukan pertigaan nanti. Tak disangka dalam 10 atau 15 menit dari tempat tukang tambal ban tadi kami sampai di TKP.
Setelah parkir kami jalan kaki sekira 100 meter ke rumah duka. Saya dan kawan-kawan langsung ambil wudhu dan mensholatkan jenazah. Kami lalu duduk sebentar dengan tamu lain dan sedikit ngobrol dengan adik tingkat saya itu. Kami tidak berlama-lama mungkin total kami 1 jam disana kamipun lantas pamit pulang.
Dalam perjalanan pulang teman-teman masih mempermasalahkan (baca:meledek) saya yang dianggap membuat kami tersesat. "Huuu katanya tahu" dan kalimat yang intinya begitu. Saya membela diri bahwa kita bukan tersesat. Kita cuma menempuh jalan yang berbeda dengan waktu saya kesitu. Tapi itu kan bukan berarti tersesat. Menurutku yang terjadi adalah kami menemukan jalan lain yang bisa jadi malah lebih pendek dari waktu saya kesitu dulu. Karena kalah suara saya menutup debat dengan pernyataan "kalaupun ini mau dibilang tersesat kita tersesat di jalan yang benar"
:)
Semoga ada hikmahnya.

No comments:

Post a Comment